Banjarmasin - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak tergoda beriklan besar-besaran di media massa untuk menaikkan popularitas seperti yang dilakukan sejumlah partai lain belakangan ini.
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali di sela-sela pembekalan calon anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur di Banjarmasin, Senin (1/12), menyatakan, pihaknya baru akan memasang iklan secukupnya ketika Pemilu 2009 sudah dekat.
"Kami berpendapat, iklan mungkin bisa menaikkan popularitas tapi belum tentu meningkatkan elektabilitas," kata Suryadharma.
Bahkan, kata Suryadharma, jika rentang waktu pemasangan iklan terlalu lama, pihaknya khawatir publik justru mengalami kejenuhan.
Oleh karena itu, lanjut dia, PPP justru memilih strategi menjalankan upaya-upaya konkret di lapangan dan melakukan berbagai perubahan di internal partai.
Sebelumnya, saat memberi pengarahan pada para caleg, Suryadharma menekankan perlunya PPP melakukan perubahan, termasuk perilaku politik kadernya yang menjadi wakil rakyat.
"Saya minta para kader yang berada di legislatif lebih peduli dan lebih berperan. Jangan sampai seperti iklan mobil 'nyaris tak terdengar'," katanya disambut tepuk tangan para caleg.
Dikatakannya, persaingan pada Pemilu 2009 akan sangat ketat, banyak pesaing yang hebat, termasuk partai baru yang berisi orang-orang lama, tentunya sudah tahu "isi perut" partai-partai lama.
"Kalau tidak berubah, bisa-bisa PPP ditinggalkan pemilih," kata Suryadharma yang juga Menteri Negara Koperasi dan UKM tersebut.
Dikatakannya, kecenderungan penurunan perolehan suara PPP pada pemilu sudah terbukti. Hasil Pemilu 2004 lebih buruk daripada Pemilu 2009.
Bahkan, kata dia, berbagai lembaga survei menyebut PPP akan 'terkubur' pada Pemilu 2009 atau kalaupun lolos parliamentary threshold perolehannya cukup minim. "Tapi, kita anggap saja survei itu benar untuk memacu kita membuktikan yang sebaliknya," pungkasnya.
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali di sela-sela pembekalan calon anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur di Banjarmasin, Senin (1/12), menyatakan, pihaknya baru akan memasang iklan secukupnya ketika Pemilu 2009 sudah dekat.
"Kami berpendapat, iklan mungkin bisa menaikkan popularitas tapi belum tentu meningkatkan elektabilitas," kata Suryadharma.
Bahkan, kata Suryadharma, jika rentang waktu pemasangan iklan terlalu lama, pihaknya khawatir publik justru mengalami kejenuhan.
Oleh karena itu, lanjut dia, PPP justru memilih strategi menjalankan upaya-upaya konkret di lapangan dan melakukan berbagai perubahan di internal partai.
Sebelumnya, saat memberi pengarahan pada para caleg, Suryadharma menekankan perlunya PPP melakukan perubahan, termasuk perilaku politik kadernya yang menjadi wakil rakyat.
"Saya minta para kader yang berada di legislatif lebih peduli dan lebih berperan. Jangan sampai seperti iklan mobil 'nyaris tak terdengar'," katanya disambut tepuk tangan para caleg.
Dikatakannya, persaingan pada Pemilu 2009 akan sangat ketat, banyak pesaing yang hebat, termasuk partai baru yang berisi orang-orang lama, tentunya sudah tahu "isi perut" partai-partai lama.
"Kalau tidak berubah, bisa-bisa PPP ditinggalkan pemilih," kata Suryadharma yang juga Menteri Negara Koperasi dan UKM tersebut.
Dikatakannya, kecenderungan penurunan perolehan suara PPP pada pemilu sudah terbukti. Hasil Pemilu 2004 lebih buruk daripada Pemilu 2009.
Bahkan, kata dia, berbagai lembaga survei menyebut PPP akan 'terkubur' pada Pemilu 2009 atau kalaupun lolos parliamentary threshold perolehannya cukup minim. "Tapi, kita anggap saja survei itu benar untuk memacu kita membuktikan yang sebaliknya," pungkasnya.