Pasca digantinya Farid Al Fauzi dari kepengurusan PPP Jatim ternyata tidak berpengaruh buruk pada kinerja partai. Sebaliknya, malah direspon positif sejumlah besar kiai-kiai sepuh dan berpengaruh di PPP.
Ini terlihat dalam acara tasyakuran dan Harlah PPP di kantor DPW PPP Jatim Jl Raya Kendangsari 36 Surabaya, Kamis (8/2). Banyak kiai yang selama ini dikenal sebagai magnit dan motor PPP, mau hadir dalam acara tersebut.
Padahal, sejak kepemimpinan DPW PPP Jatim dipegang Farid Al Fauzi, mereka sangat jarang mau hadir di acara PPP.
Para kiai sepuh PPP yang hadir itu antara lain Ketua Majlis Syariah DPP PPP, KH Maimun Zubair alias Mbah Maimun, lalu KH Makin Harun (Jombang), KH Suyuti (Banyuwangi), KH Nurudin (Probolinggo), KH Syafii Abdurrahman (Tulungagung), KH Maimun Adnan (Gresik), dan H Muntolib Sukandar (ketua Parmusi).
Bahkan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi yang biasanya menolak datang, bersedia hadir di acara itu dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PBNU.
Kehadiran para kiai tersebut diakui Plt Sekretaris DPW PPP Jatim Muhammad Mirdasy sebagai bentuk respon positif PPP Jatim atas pembekuan kepengurusan Farid Al Fauzi.
�Saat kepemimpinan saudara Farid, beliau-beliau sangat jarang atau malah tidak mau datang di acara seperti ini. Jadi ini kebangkitan baru,� katanya.
Menurutnya, jika di partai lain pembekuan akan disertai dengan konflik yang memicu ekses negatif bagi partai, maka di PPP justru sebaliknya.
�Di PPP justru berdampak positif karena seluruh elemen partai kembali bergairah. Justru jika kemarin DPP tidak menuruti desakan DPC-DPC (membekukan kepengurusan Farid) maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan PPP di Jatim,� katanya.
Hal senada dikatakan Ketua Umum DPP PPP Suryadarma Ali atau yang akrab disapa SDA. Meski tidak secara spesifik menyebut Farid, namun dalam pidato sambutannya, SDA terlihat menyentil kepengurusan Farid.
Dikatakannya, pada kepengurusan sebelumnya banyak para kiai dan ulama PPP menjauhi dan enggan membesarkan partai. �Jadi ada gap (jarak) yang amat jauh sehingga para kiai enggan bersama membangun. Mereka disisihkan dan ditinggalkan. Padahal, beliau-beliau ini adalah ruh partai,� ujarnya.
Untuk itu, pihaknya berharap pada kepengurusan baru DPW PPP Jatim meskipun masih sebatas Plt (pelaksana tugas), untuk tidak mengulangi kesalahan serupa.
Ini terlihat dalam acara tasyakuran dan Harlah PPP di kantor DPW PPP Jatim Jl Raya Kendangsari 36 Surabaya, Kamis (8/2). Banyak kiai yang selama ini dikenal sebagai magnit dan motor PPP, mau hadir dalam acara tersebut.
Padahal, sejak kepemimpinan DPW PPP Jatim dipegang Farid Al Fauzi, mereka sangat jarang mau hadir di acara PPP.
Para kiai sepuh PPP yang hadir itu antara lain Ketua Majlis Syariah DPP PPP, KH Maimun Zubair alias Mbah Maimun, lalu KH Makin Harun (Jombang), KH Suyuti (Banyuwangi), KH Nurudin (Probolinggo), KH Syafii Abdurrahman (Tulungagung), KH Maimun Adnan (Gresik), dan H Muntolib Sukandar (ketua Parmusi).
Bahkan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi yang biasanya menolak datang, bersedia hadir di acara itu dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PBNU.
Kehadiran para kiai tersebut diakui Plt Sekretaris DPW PPP Jatim Muhammad Mirdasy sebagai bentuk respon positif PPP Jatim atas pembekuan kepengurusan Farid Al Fauzi.
�Saat kepemimpinan saudara Farid, beliau-beliau sangat jarang atau malah tidak mau datang di acara seperti ini. Jadi ini kebangkitan baru,� katanya.
Menurutnya, jika di partai lain pembekuan akan disertai dengan konflik yang memicu ekses negatif bagi partai, maka di PPP justru sebaliknya.
�Di PPP justru berdampak positif karena seluruh elemen partai kembali bergairah. Justru jika kemarin DPP tidak menuruti desakan DPC-DPC (membekukan kepengurusan Farid) maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan PPP di Jatim,� katanya.
Hal senada dikatakan Ketua Umum DPP PPP Suryadarma Ali atau yang akrab disapa SDA. Meski tidak secara spesifik menyebut Farid, namun dalam pidato sambutannya, SDA terlihat menyentil kepengurusan Farid.
Dikatakannya, pada kepengurusan sebelumnya banyak para kiai dan ulama PPP menjauhi dan enggan membesarkan partai. �Jadi ada gap (jarak) yang amat jauh sehingga para kiai enggan bersama membangun. Mereka disisihkan dan ditinggalkan. Padahal, beliau-beliau ini adalah ruh partai,� ujarnya.
Untuk itu, pihaknya berharap pada kepengurusan baru DPW PPP Jatim meskipun masih sebatas Plt (pelaksana tugas), untuk tidak mengulangi kesalahan serupa.