Jumat, 04 Juli 2008
Marissa Haque Maju Lewat Kota Bandung
Marissa Punya Ikatan dengan Kota Bandung
Senin, 30/6/2008 | 23:38 WIB
BANDUNG, SENIN--Mantan bintang film era 80-an, yang juga kader Partai Persatuan Pembangunan, Marissa Haque punya ikatan emosional dengan Bandung. Oleh karena itu ia memutuskan akan maju sebagai calon anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Kota Bandung.
"Pada Pileg 2009 mendatang saya diberi pilihan tiga kota yaitu Surabaya, Tangerang dan Bandung dan pilihan jatuh pada Bandung karena di kota inilah saya mendapat banyak anugerah," ujarnya di Bandung, Selasa.
Ia menceritakan, pada Festival Film Indonesia 1985 dirinya terpilih menjadi pemeran pembantu terbaik untuk film Tinggal Landas Buat Kekasih dan menjadi nominator dalam Yang Luluh Yang Runtuh.
"Pada tahun tersebut saya berkenalan dengan Ikang (Ikang Fawzi) yang kini menjadi suamiku," katanya sambil tertawa.
Dari "historis" itulah Icha berketetapan hati untuk menentukan pilihan untuk daerah pemilihan Kota Bandung. "Nanti malam saya akan segera bertemu dengan Ketum PPP, Pak Suryadharma Ali untuk menyatakan pilihan daerah pemilihan ini," tegasnya.
Marissa juga telah ditunjuk oleh DPC PPP Kota Bandung sebagai juru kampanye pasangan calon Walikota dan Wawalkot Bandung, Dada-Ayi pada masa kampanye mendatang.
Dr. Hj. Marissa Grace Haque, SH, MHum
Perumahan Pelangi Bintaro No. 9, Jl. WR. Supratman, Rengas, Bintaro
Tangerang, Indonesia
Email: marissahaque_iqro@yahoo.com
http://luthfiassadad.multiply.com/photos/photo/41/5<-profil Lengkap Mbak Icha
Nama : Dr. Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum
(Marissa Grace Haque)
Lahir : Balikpapan, 15 Oktober 1962
Pendidikan:
• S3 (DR / Doktor) dari IPB (Institut Pertanian Bogor), jurusan PSL (Pengelolaan Sumberdaya Alam & Lingkungan Hidup), status: insya Allah 2-3 minggu lagi lulus.
• S2 (MHum / Magister in Humaniora) dari Unika Atmajaya (Universitas Katolik Atmajaya,), Fakultas (LTBI) Linguistik Terapan Bahasa Inggris, jurusan Psycholinguistics, dengan spesialisasi Pengajaran Bahasa Inggris untuk Anak-anak Tunarungu (Bisu-tuli), status: LULUS.
• S2 (MM / Magister Management) dari ), UGM (Universitas Gajah Mada), FE-B (Fakultas Ekonomi & Bisnis), jurusan HRO (Human Resource and Organizations), status: sedang kuliah.
• S2 (MA / Master of Art) dari Ohio University, Athens, USA, dengan jurusan Television, dan Space Communications / Satellite), status: belum selesai.
• S2 (MFA / Magister in Fine Art) dari Ohio University, Athens, USA, dengan jurusan Film, status: belum selesai.
• S1 (SH / Sarjana Hukum) dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta, jurusan Hukum Perdata, status: LULUS
• SMUN 8 (Sekolah Unggulan di seluruh Jakarta), status: LULUS
• SMPN 73, Tebet, Jakarta. Status: LULUS
• SD Negri 03 Tebet Timur, Jakarta. Status: LULUS
• SD Nasional (Pertamina), Plaju, Palembang, Sumatra Selatan. Sampai dengan
Kelas 3 SD
• TK Nasional (Pertamina), Plaju, Palembang, Sumatra Selatan Status: LULUS
Website: www.marissahaque-haji2005.com, www.marisahaque.co.cc,
www.marissahaque.net, www.marissahaque.com,
www.marissa-haque.com, www.bundamarissa.multiply.com,
www.marissahaque-akpol..mybloglog.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Awal Yang Baik Pemerintahan SBY Yang Kedua; Terlibat Skandal Century ?Ditulis dalam Politik tagged Bank Century, Boediono, SBY, skandal century, sri mulyani pada 8:30 pm oleh yuliputri
Presiden SBY sudah menegaskan tak akan mencampuri urusan Bank Century, sebab itu wilayah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia. Apakah ini indikasi bahwa sebenarnya SBY mengetahui soal pengucuran dana Rp 6,7 triliun sebagai ‘penyelamatan’ bank bodong itu?
Konfirmasi langsung dari Mensesneg yang menyatakan bahwa Presiden SBY menerima laporan dari Menkeu soal Bank Century pada 13 November 2008, di tengah kehadiran presiden dalam pertemuan G-20 di Washington, AS. Pertanyaan publik: Apakah SBY tahu soal Bank Century dan memberikan perintah untuk menyuntik dana itu?
Kalaupun SBY mengizinkan dan memberi perintah atas hal ini, sebenarnya patut dipahami karena beberapa alasan. Pertama, para deposan besar yang digosipkan di komunitas perbankan adalah Sampoerna dan Hartati Murdaya. Sumber internal yang tidak dapat dikonfirmasi menyatakan bahwa Sampoerna punya penempatan per November 2008 sekitar Rp 1.895 miliar, sedangkan Hartati punya hanya sekitar Rp 321 miliar.
Seperti diketahui keduanya adalah penyumbang logistik SBY dalam Pemilu 2009. Sampoerna sejak beberapa tahun lalu mendanai penerbitan salah satu koran nasional yang menjadi corong SBY, sedangkan Hartati merupakan host tetap acara-acara besar SBY di Kemayoran. Amat wajar bila sumbangan mereka tidak hanya sebatas hal tersebut di atas, apalagi pada saat itu waktu menjelang pileg 2009.
Kedua, dengan peran PPATK dan aturan soal pencucian uang yang semakin ketat, maka cara paling mudah untuk ‘mengesahkan’ sumbangan demi kepentingan pemilu bagi SBY adalah dengan skema Bank Century ini. Dengan suntikan dana dari LPS, maka deposan besar dapat menarik uangnya dari Bank Century.
Dengan sedikit cara pencucian dapat diatur agar seolah-olah memang ada placement besar di masa lalu oleh para deposan besar ini di Bank Century, lalu ditarik oleh mereka dan disalurkan sebagai dana pemilu. Praktek yang berbeda tapi dalam skema ketrampilan yang mirip adalah cessie Bank Bali pada masa lalu, ketika kekuasaan menarikkan deposito (atau tagihan) mendapatkan fee yang waktu itu akan digunakan Golkar oleh Akbar Tandjung. Jadi apakah SBY mengetahui dari awal soal Bank Century ini?
Jika kita membaca tulisan di atas, nampak ada indikasi kuat SBY juga mengetahui, bahkan ‘mungkin’ menyetujui bail-out Bank Century. Tidak mungkin Menteri Keuangan, walaupun didukung Bank Indonesia, berani membuat kebijakan seperti itu tanpa persetujuan presiden. Apalagi, kemungkinan besar Wapres Jusuf Kalla tidak setuju. Tentu, dalam teori bargaining power, Sri Mulyani mau berhadapan dengan wapres karena dia telah didukung oleh presiden.
Salam Kasih.
Awal Yang Baik Pemerintahan SBY Yang Kedua; Terlibat Skandal Century ?Ditulis dalam Politik tagged Bank Century, Boediono, SBY, skandal century, sri mulyani pada 8:30 pm oleh yuliputri
Presiden SBY sudah menegaskan tak akan mencampuri urusan Bank Century, sebab itu wilayah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia. Apakah ini indikasi bahwa sebenarnya SBY mengetahui soal pengucuran dana Rp 6,7 triliun sebagai ‘penyelamatan’ bank bodong itu?
Konfirmasi langsung dari Mensesneg yang menyatakan bahwa Presiden SBY menerima laporan dari Menkeu soal Bank Century pada 13 November 2008, di tengah kehadiran presiden dalam pertemuan G-20 di Washington, AS. Pertanyaan publik: Apakah SBY tahu soal Bank Century dan memberikan perintah untuk menyuntik dana itu?
Kalaupun SBY mengizinkan dan memberi perintah atas hal ini, sebenarnya patut dipahami karena beberapa alasan. Pertama, para deposan besar yang digosipkan di komunitas perbankan adalah Sampoerna dan Hartati Murdaya. Sumber internal yang tidak dapat dikonfirmasi menyatakan bahwa Sampoerna punya penempatan per November 2008 sekitar Rp 1.895 miliar, sedangkan Hartati punya hanya sekitar Rp 321 miliar.
Seperti diketahui keduanya adalah penyumbang logistik SBY dalam Pemilu 2009. Sampoerna sejak beberapa tahun lalu mendanai penerbitan salah satu koran nasional yang menjadi corong SBY, sedangkan Hartati merupakan host tetap acara-acara besar SBY di Kemayoran. Amat wajar bila sumbangan mereka tidak hanya sebatas hal tersebut di atas, apalagi pada saat itu waktu menjelang pileg 2009.
Kedua, dengan peran PPATK dan aturan soal pencucian uang yang semakin ketat, maka cara paling mudah untuk ‘mengesahkan’ sumbangan demi kepentingan pemilu bagi SBY adalah dengan skema Bank Century ini. Dengan suntikan dana dari LPS, maka deposan besar dapat menarik uangnya dari Bank Century.
Dengan sedikit cara pencucian dapat diatur agar seolah-olah memang ada placement besar di masa lalu oleh para deposan besar ini di Bank Century, lalu ditarik oleh mereka dan disalurkan sebagai dana pemilu. Praktek yang berbeda tapi dalam skema ketrampilan yang mirip adalah cessie Bank Bali pada masa lalu, ketika kekuasaan menarikkan deposito (atau tagihan) mendapatkan fee yang waktu itu akan digunakan Golkar oleh Akbar Tandjung. Jadi apakah SBY mengetahui dari awal soal Bank Century ini?
Jika kita membaca tulisan di atas, nampak ada indikasi kuat SBY juga mengetahui, bahkan ‘mungkin’ menyetujui bail-out Bank Century. Tidak mungkin Menteri Keuangan, walaupun didukung Bank Indonesia, berani membuat kebijakan seperti itu tanpa persetujuan presiden. Apalagi, kemungkinan besar Wapres Jusuf Kalla tidak setuju. Tentu, dalam teori bargaining power, Sri Mulyani mau berhadapan dengan wapres karena dia telah didukung oleh presiden.
Salam Kasih.
Posting Komentar