Selasa, 03 Februari 2009

Waka PPP : H Chozin Chumaidy Pilih Jalur Dakwah

Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Chozin Chumaidy tak lagi maju sebagai caleg bukan karena tersingkir.Namun karena anggota Komisi II ini memberikan kesempatan kepada kader muda untuk tampil. ”Saya sudah lama berkarier di DPR yaitu sejak 1992. Bagaimanapun, kaderisasi harus diperhatikan, apalagi partai membuat aturan mengenai pembatasan periodisasi anggota DPR,” ungkap Chozin kepada SINDO kemarin. Jika kelak tak lagi aktif di DPR, Chozin akan berkonsentrasi untuk konsolidasi PPP.Menurut dia, tantangan ke depan semakin kompleks sehingga membutuhkan keseriusan. Aktivitas lain yang tetap dijalankannya adalah melakukan dakwah keliling dari masjid ke masjid. Maklum, sudah sekian tahun Chozin menjadi penceramah majelis taklim. Untuk memaksimalkan aktivitasnya tersebut,Chozin berkeinginan mendirikan pondok pesantren. ”Saya sadar mendirikan pesantren itu tidak mudah. Namun, saya yakin kalau berusaha pasti ada jalan,”katanya.
Sejumlah politisi kawakan tak lagi maju sebagai calon legislatif (caleg) karena alasan yang berbeda.Apa aktivitas mereka nantinya setelah tak lagi aktif di Senayan?
KEKALAHAN Akbar Tandjung pada Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Bali tahun 2004, juga berdampak pada karier politik mantan anak buahnya. Mereka tersingkir dari percaturan politik Partai Golkar. Salah satunya yang dialami oleh Slamet Effendy Yusuf. Anggota Komisi I DPR ini harus melupakan impiannya untuk tetap berkarier di Senayan. Selain ketentuan organisasi yang memberikan batasan periodisasi selama 15 tahun bagi kader untuk berkiprah, Slamet pun terpental akibat per-saingan internal beringin. Sinyal Golkar akan meninggalkan Slamet sudah terbaca sejak dirinya dicopot dari jabatan Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR pada 2007.Tak ada alasan kuat selain motif politik di balik pencopotan tersebut. Sejak itulah nama Slamet lambat laun mulai jarang kedengaran.Namun, Slamet tak meratapi apa yang menimpanya. Bagi alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, berkiprah di dunia politik harus siap dengan segala risiko, termasuk harus terpental jika kalah. ”Itulah risiko dalam politik,”katanya kepada SINDO. Walau tersingkir, mantan Ketua Umum GP Anshor ini berkomitmen tidak keluar dari Golkar. Dirinya akan mencermati perkembangan politik di lapangan untuk menentukan sikap selanjutnya. Untuk sementara waktu, Slamet memilih kembali ke habitat lama yakni dunia pesantren. Dia akan membina pesantren yang dipimpinnya di kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Selama beraktivitas di DPR,pengelolaan pesantren tersebut diserahkan kepada para staf pengajar. ”Jadi nantinya saya bisa terjun langsung ngurusi pesantren. Di rumah orangtua saya (Purwokerto), juga ada pesantren yang perlu diurus,” ujarnya.

Tidak ada komentar: