Rabu, 13 Agustus 2008

Bangkitanya Kakbah Kami

Bangkitnya Ka’bah kami
Djony Edward
12-Ags-2008 08:33:05
Ada beberapa penjelasan yang bisa disampaikan terkait merosotnya pamor PPP. Pertama, partai ini terbilang zumud karena diisi oleh tokoh-tokoh politik tua yang tidak up date atas perkembangan keadaan. Karena itu saat Suryadharma Ali naik sebagai Ketua Umum, semua kepengurusan dirombak total dan diisi anak-anak muda.
Kedua, perpecahan kalangan tua dan muda yang berbarengan pecahnya sejumlah tokoh Nahdhatul Ulama (NU) yang menjadi arus utama di PPP, sehingga bermunculanlah partai berbasis NU lainnya, seperti PKB, PBR, maupun PKNU. Untung saja suara PPP dalam pentas politik nasional masih terbilang solid.

Ketiga, ketiadaan profesional yang bertaraf nasional, apalagi internasional, menunjukkan bahwa partai ini gagal melakukan kaderisasi sehingga terperangkap pada kezumudan. Hal ini bisa terlihat dari pengurus dan anggota dewan PPP di DPR, kemampuannya rata-rata dan semua hanya menekuni bidang politik praktis semata. Tidak pernah ada kajian yang bermutu yang dipublikasikan dari internal PPP menunjukkan bahwa partai ini kurang dinamis.

Keempat, larinya sejumlah figur penting dimasa lalu membuat PPP seperti kotak kosong yang membutuhkan sentuhan figur baru atau figur lama dengan semangat baru.

Kelima, merosotnya dukungan massa PPP pada 2004 menjadi 8,15% dari tahun 1999 sebesar 10,72%, walaupun dalam jumlah kursi stagnasi di level 58 kursi, menunjukkan bahwa terjadi migrasi massa ke partai lain, terutama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Migrasi dipicu oleh malasnya kader PPP menyambangi, apalagi membantu kesulitan, konstituennya.

Sadar diri

Untung saja Suryadharma Ali sebagai wakil kaum muda yang dipercaya memimpin partai berlambang Ka’bah ini menyadari semua itu. Karena itu ia melakukan pembenahan di sana-sini, melakukan lobi-lobi intensif, merekrut kembali tokoh-tokoh lama yang sempat hengkang membuat partai baru.

“Kami menargetkan pada Pemilu 2009 akan mampu meraih suara 15%,” demikian tegas Suryadharma dalam setiap orasinya di hadapan kader. Sebuah target yang sangat realistis walaupun masih di bawah target yang dipatok PKS sebesar 20%.

Ada beberapa potensi bagi PPP untuk mengumpulkan kembali dukungan suara yang berserakan dan bermigrasi ke partai lain. Belakangan ini ada empat tokoh lama PPP yang pulang kandang. Mereka adalah dai kondang sejuta umat KH Zaenuddin MZ, raja dangdung Rhoma Irama, pemimpin pondok pesantren ash-Shidiqiyah Noer Muhammad Iskandar SQ, dan Fadhil Hasan.

Keempat tokoh ini sedikit banyak pasti dapat mengatrol kembali suara PPP melalui berbagai aksi dan manuver politiknya. Apalagi keempatnya walaupun tanpa parpol, memiliki basis massa yang tidak sedikit.

Manuver pengurus PPP yang menghadap mantan Presiden Abdurrahman ‘Gus Dur’ Wahid, merupakan terobosan politik cerdas di tengah perpecahan internal PKB versi Muhaimin Iskandar dan Gus Dur. Bila proses ishlah di tubuh PKB gagal boleh jadi suara nahdiyin di bawah pengaruh Gus Dur akan dialihkan kembali ke PPP.

“Kami akan melakukan langkah-langkah besar,” begitu kata Gus Dur, yang kemudian ditafsirkan langkah besar itu adalah pengalihan suara nahdiyin kembali ke kandang lama, yakni PPP.

Walaupun sebelumnya Gus Dur juga sempat mengatakan akan mengambil opsi golput, tapi pernyataan itu lebih merupakan pernyataan emosional sesaat saja.

Belum lagi langkah Suryadharma yang juga Menteri Koperasi dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsah yang rajin beranjang sana ke sejumlah daerah, baik dalam rangka pemberdayaan UMKM maupun mengentaskan para korban bencana, sedikit banyak akan mengundang simpati rakyat yang disantuni. Walaupun langkah itu dilakukan dalam kerangka kedinasan, tapi pengaruhnya tak bisa diabaikan.

Tak hanya sampai disitu, PPP pun merangkul belasan artis untuk duduk di DPR seperti Rike Dyah Pitaloka, Farhan dan caleg lainnya yang kini berjumlah 672 orang. Artis merupakan representasi massa, paling tidak massa penggemarnya, sehingga merangkul artis memberi harapan bagi bertambahnya suara.

Peruntungan politik

Jika melihat fenomena politik PPP di atas, tampaknya ada harapan cerah PPP bangkit dari kezumudannya. Tapi untuk kembali mendulang kejayaan, seperti kemenangan di DKI pada 1977 dan kadernya sempat menjadi Wapres yakni Hamzah Haz, tampaknya agak berat.

Persoalan terbesar PPP saat ini adalah masalah konsistensi dan ketegasan, tahun 1977 PPP berhasil mendulang dukungan terbesar di DKI lantaran kritis pada isu-isu syara’. Seperti PPP sangat kritis terhadap pemerintah ketika pengajuan RUU Perkawinan ke DPR, walk out-nya anggota MPR ketika sidang pengesahan P4 dan masuknya aliran kepercayaan dalam GBHN, UU Sistem Pendidikan Nasional, UU tentang Perfilman, UU tentang Pariwisata.

PPP didirikan pada 5 Januari 1973, bertepatan dengan 30 Dzulqaidah 1392 H, PPP dideklarasikan oleh para tokoh Islam yang terkenal di zamannya, yaitu HMS Mintareja, KH Idham Chalid, H Rusli Halil, H Anwar Tjokroaminoto, dan KH Masykur. Mereka mewakili empat partai Islam yang berfusi, yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Tabiyah Islam (Perti), dan Partai Syarikat Islam (SI).

Mengembalikan sisa-sisa kejayaan PPP melalui para tokoh dan hasil fusi partai-partai Islam merupakan keniscayaan yang sulit dijangkau. Itu sebabnya PPP harus melakukan aktualisasi diri dalam wajah kekiniannya.

Paling tidak isu semacam Al Amin Nur Nasution yang terlibat skandal suap di DPR, dan potensi Habil Marathi terlibat dalam skandal aliran dana BI ke DPR, harus disikapi tegas oleh partai. Kalau PPP tutup mata atas kasus-kasus di atas, maka mengembalikan kejayaan masa lalu hanyalah mimpi.

PPP harus bangkit kembali dengan tema pemberantasan korupsi dan itu bisa dimulai dari dalam, merekrut generasi muda Islam, mempersatukan tokoh-tokoh senior NU, dan mengemas kembali cirta PPP sebagai partai orang tua menjadi partainya anak muda.

Tak kalah pentingnya adalah keberanian PPP meng-hire sejumlah profesional untuk duduk dalam jajaran kepengurusan maupun utusan di dewan, kabinet dan yudikatif, akan mampu menghidupkan kembali dinamika internal partai.

Pertanyaannya, akankah kebangkitan partai Ka’bah terjadi? Semua jawabnya kita kembalikan kepada niat baik Ketua Umum dan jajarannya

Tidak ada komentar: