Selasa, 18 November 2008

Indonesia Tundukkan Amerika !!

KEMENANGAN Barack Hussein Obama untuk menjadi orang nomor satu alias presiden Amerika Serikat (AS) sudah banyak diperhitungkan orang sebelumnya. Banyak analis di dalam dan di luar AS yang telah memperhitungkan sebelumnya. Dia berhasil mengukir sejarah baru karena menjadi orang kulit hitam pertama yang berhasil menjadi orang nomor satu dalam kurun waktu lebih dari dua abad terakhir.
Yang mengherankan, nama dia yang kearab-araban tidak mampu membendung hasrat rakyat AS untuk memilihnya sebagai presiden. Padahal diakui atau tidak diakui, selama ini terjadi sentimen rasial orang AS terhadap (orang) Arab. Hussein adalah nama Arab (ingat nama Saddam Hussein yang sangat dibenci AS). Barack juga nama Arab yang diambil dari kata Barokhah yang artinya anugerah.
Yang lebih mengherankan, ternyata Obama adalah anak Indonesia. Dia memiliki ayah (tiri) orang Indonesia. Dia pernah tinggal di Menteng Dalam Jakarta, bahkan pernah pula bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri Menteng 01 Jakarta. Sekarang, anak Indonesia itu berhasil “menundukkan” AS. Bukan main, sungguh prestasi luar biasa!
Profesor dan Mahasiswa Termuda AS
Kalau kita tekun mencermati sebenarnya Obama bukanlah satu-satunya orang Indonesia yang berhasil menundukkan AS, di samping Obama masih banyak anak negeri ini yang berhasil mencapai prestasi tinggi di AS.
Profesor termuda di AS saat ini bukanlah orang AS sendiri akan tetapi justru warga Indonesia kelahiran Medan, namanya Nelson Tansu, yang bekerja sebagai dosen di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania, AS. Karena kecerdasan dan kompetensinya yang tidak diragukan maka walau masih berusia 25 tahun, pimpinan universitas tidak ragu-ragu untuk menobatkannya sebagai guru besar. Dia pun langsung menyabet gelar bergengsi sebagai profesor termuda di Negeri Paman Sam tersebut.
Sebagai seorang profesor, Tansu diminta mengajar pada program pasca sarjana (S2) dan doktor (S3) yang nota bene banyak mahasiswanya yang sudah berumur. Banyak di antara mahasiswa yang seusia ayahnya. Dia pun banyak dimintai bimbingan akademik oleh mahasiswa di Lehigh yang nota bene kebanyakan warga asli AS.
Di kalangan akademisi AS, Tansu amat dikenal dengan puluhan jurnal ilmiahnya. Dia pemegang hak paten untuk semiconductor nanostructure aptoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Para mahasiswa AS S1, S2 maupun S3, banyak yang menikmati dan mengagumi karya-karya anak muda Indonesia tersebut. Mereka sangat tekun membaca publikasi ilmiahnya, mencari hal-hal baru yang dibuatnya, bahkan tekun mengikuti perkuliahannya. Si Anak Medan Nelson Tansu benar-benar telah mampu menundukkan AS!
Ternyata tak hanya presiden dan profesor, kita pun memiliki mahasiswa yang berprestasi di AS. Maria Audrey Lukito adalah anak Indonesia yang sekarang tercatat sebagai salah satu mahasiswa termuda di AS. Dia adalah mahasiswa University of Virginia, AS, jurusan Fisika.
Kalau Nelson Tansu kelahiran Medan maka Audrey kelahiran Surabaya Indonesia. Dia bersekolah di Surabaya sejak SD, SMP, s/d SMA, tepatnya di Petra. Kejeniusannya memang tampak semenjak di SD sehingga Muri pernah memberikan penghargaan atas kejeniusannya tersebut. Studi di SMP dan SMA masing-masing hanya ditempuh selama 2 tahun.
Audrey memiliki kelebihan pada masalah bahasa dan ilmu Fisika. Dia yang masih belia mampu menguasai beberapa bahasa sekaligus, antara lain Rusia, Perancis dan Inggris, sudah barang tentu juga Bahasa Indonesia. Yang mengherankan Toefel-nya mencapai 670, angka yang belum tentu dicapai oleh orang yang sudah lama tinggal di Inggris sekali pun.
Ketika lulus SMA dan melamar menjadi mahasiswa baru di University of Virginia, ia diterima tanpa kesulitan. Di semester perdana, semua nilai mata kuliahnya A (hanya satu A-). Audrey mulai dikenal pihak jurusan, fakultas hingga rektorat. Prestasi Audrey terdengar di gedung Kongres Senat Amerika. Dia diundang untuk berpidato pada Global Young Leader Conference di Washington DS, di depan anggota Senat Amerika. Prestasi seperti ini jarang diperoleh mahasiswa, termasuk mahasiswa asli AS itu sendiri. Audrey anak Indonesia yang “arek Suroboyo” pun menundukkan AS.
Perlakuan Pemerintah
Dari berbagai ilustrasi konkret tersebut jelaslah bahwa sesungguhnya Indonesia itu memiliki potensi yang luar biasa, anak-anak kita bisa berprestasi di tingkat dunia dan mampu menundukkan AS.
Yang kita perlu renungkan sekarang adalah, mengapa Nelson memilih bekerja di Lehigh University daripada di USU Medan, UI Jakarta, atau perguruan tinggi lainnya di Indonesia, dan mengapa Audrey memilih meraih prestasi di University of Virginia daripada di ITS Surabaya, UGM Yogyakarta atau perguruan tinggi lainnya di Indonesia? Sudah tentu Nelson dan Audrey sendiri yang mengetahui alasannya, tetapi seandainya pemerintah Indonesia memberikan perlakuan yang tepat bagi anak-anak muda yang berprestasi di tingkat dunia bukan tidak mungkin dia akan memilih Indonesia sebagai tempat pengabdiannya.
Yang kita perlukan sekarang ialah bagaimana pemerintah memberikan perlakuan yang tepat bagi anak muda Indonesia yang berpotensi dan juga yang berprestasi. Kita memang bangga mampu menundukkan AS, tetapi kebanggaan itu tidak ada artinya kalau yang dapat menikmati prestasi itu justru AS, bukan kita!!! q - k. (4858-2008).

*) Prof Dr Ki Supriyoko, Mantan Sekretaris Komisi Nasional Pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar: