Rabu, 21 Januari 2009

Joko Purwanto: PPP bisa jaga solidalitas partai

Dinamika politik di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memang mulai terasa. Hal ini terkait dengan siapa yang bakal dicalonkan PPP dalam Pilpres 2009 mendatang. 

Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali menggelar Forum PPP Mendengar dengan mengundang para calon presiden. Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Bachtiar Chamsyah menggagas Koalisi Prapemilu dengan mengajak tiga partai besar, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

Kini giliran kalangan muda PPP memberikan respon kritis. Joko Purwanto, Ketua Departemen Kepemudaan DPP PPP, menegaskan mekanisme internal PPP cukup ampuh mengatasi perbedaan dan ketegangan yang terjadi di antara para elit PPP itu. Sehingga beragam perbedaan antar elite partai mudah diredam dengan cara yang elegan. 

Berikut ini petikan wawancara dengan Joko Purwanto, alumnus Universitas Trisakti, mengenai jalan tengah untuk mengatasi ketegangan elite di DPP PPP. 

Menjelang Pemilu dan Pilpres 2009, partai politik terus melakukan berbagai manuver, termasuk para elit PPP. Bahkan ada kesan DPP PPP terpecah antara kubu BC dan SDA. Bagaimana Anda menyikapi hal ini? 

Yang perlu digarisbawahi bahwa tidak ada perpecahan di tubuh PPP. Bagi saya, boleh saja Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) membuat manuver dengan menggelar Forum PPP Mendengar. Sementara itu, Ketua MPP Bachtiar Chamsyah menggagas Koalisi Pra Pemilu dengan mengajak tiga partai besar, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa. 

Namun, untuk mendialogkan dan menyelesaikan perbedaan semacam itu, semuanya harus diputuskan melalui mekanisme internal seperti diatur dalam AD/ART partai. Politik harus dipraktikkan dengan cara santun, dialogis, dan akomodatif. Kubu-kubu yang bersitegang itu sejatinya tak perlu terjadi jika mekanisme internal PPP itu didayagunakan secara optimal. 

Apa pandangan Anda mengenai manuver para elite PPP itu secara lebih jauh? 

Menurut saya, kalangan muda DPP PPP harus bersikap bijak dan responsif guna mencari jalan tengah agar segenap perbedaan antarkubu itu bisa dijembatani dan didialogkan melalui mekanisme demokratis ke dalam. Sehingga keluar, PPP selalu nampak solid dan kompak. 

Dalam pengertian bagaimana hal itu bisa dilakukan?

Saya punya pendapat yang berbeda dengan kedua elite partai tersebut. Sebagai kader muda, saya menginginkan adanya mekanisme internal untuk menyelesaikan segenap ragam kepentingan yang berbeda atau bersitegang. Tentu perlu ada dialog ke dalam dengan mekanisme internal yang Islami. Ke depan, juga perlu ada kader-muda muda di partai yang masuk dalam bursa pencapresan. 

Kira-kira apa visi dan perspektif Anda berikutnya? 

Sebagai kader muda dan organisasi sayap PPP, kami akan memunculkan wacana figur anak muda yang membawa kebaikan untuk PPP ke depan. Jika melihat figur dan kecerdasannya, tampaknya kita akan memunculkan nama, misalnya, Ketua Fraksi PPP DPR RI Lukman Hakim Saefudin. 

Lukman memiliki latar belakang pendidikan tinggi sebagai seorang Doktor (S3). Selain itu beliau juga kader muda yang potensial dan memiliki kemampuan serta jam terbang yang memadai. Terbukti dia berhasil membawa Fraksi PPP menjadi lebih baik di DPR. Jika prosesnya terbuka dan demokratis, saya yakin akan muncul lebih banyak lagi tokoh-tokoh muda yang potensial yang bisa dicalonkan sebagai capres. 

Anda masih optimistis? 

Saya yakin dan optimistis. Karena secara infrastruktur, PPP lebih mapan dibandingkan partai politik hasil rahim orde reformasi. Artinya, SDM kader jelas melimpah daripada parpol yang baru lahir 10 tahun lalu. Tidak sekadar itu, bukankah langkah Suryadharma Ali maupun Bachtiar Chamsyah itu bisa dijadikan modal untuk membesarkan partai. Asalkan bisa diselesaikan melalui mekanisme internal partai yang islami. 

Karena itu, kami mengajukan solusi jalan tengah agar DPP PPP tetap solid dan berbobot dalam bekerja dan melangkah ke depan.

Tidak ada komentar: