Sabtu, 14 Maret 2009

Irgan Chairul Mahfiz, Strategi Man To Man

JAKARTA - Pendekatan dari pintu ke pintu atau 'door to door' kurang tepat lagi untuk dilakukan menjelang pemilu legislatif pada April 2008. Itulah pendapat calon legislatif (caleg) dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Irgan Chaerul Mahfiz. Menurutnya, cara yang paling jitu untuk pendekatan ke konstituennya adalah dengan komunikasi perorangan atau 'man to man'.''Intinya, kita tak cukup dengan melakukan door to door lagi. Kita harus sudah melakukannya dengan cara man to man dalam waktu yang relatif singkat ini,'' kata Irgan usai rapat internal partai di Kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Selasa.
Menurutnya, dengan cara begitu, konstituen diharapkan bisa mengenal dan mengingatnya dengan baik. Jadi, mereka tak sekedar tahu orangnya, namun juga memahami konsep yang diusungnya untuk menjadi anggota perwakilan rakyat di parlemen.
Memang untuk itu, kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPP ini, diperlukan waktu, tenaga, dan pikiran yang lebih dibanding sistem nomor urut. Kalau nomor urut, pendekatannya adalah pemantapan di partai, sedangkan dengan cara suara terbanyak dalam penentuan caleg, memerlukan pendekatan yang lebih intens ke masyarakat.
''Yang jelas, Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal suara terbanyak mengamanatkan untuk meraih suara terbanyak dari masyarakat. Itulah yang harus dilakukan,'' papar lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Medan Area, Sumatera Utara tahun 1987 ini.
Bertemu langsung dengan konstituen, baginya, sudah menjadi keharusan di samping pemasangan spanduk, baliho, umbul-umbul, selebaran, dan lain-lain. Makanya, Irgan yang berdomisili di Islamic Village, Tangerang ini perlu melakukan strategi Man To Man-nya dengan pemetaan wilayah terlebih dahulu.
Daerah pemilihannya di Banten III itu mencakup 49 kecamatan di Kota dan Kabupaten Tangerang, serta Kota Tangerang Selatan. Dia membaginya antara daerah selatan yang lebih ke perkotaan dengan masyarakat yang lebih maju, serta daerah utara (pantura) dengan masyarakat nelayan dan petani.
Cara pendekatannya pun berbeda di antara kedua daerah tersebut. Hanya, kesamaannya adalah mereka sudah terbiasa dengan cara pilkada. ''Untuk selatan, kita bisa kenalkan dengan memaparkan misi dan visi di parlemen. Sedangkan di utara, pendekatannya lebih sederhana. Mereka umumnya kenal dengan partai, tapi tak kenal calegnya.''
Pendekatan ke majelis taklim, ponpes, generasi muda, karang taruna, para tokoh masyarakat, dan tokoh budaya setempat jadi programnya. Bahkan, dia mengakui, cara ini dilakukan hingga jauh ke pelosok desa. ''Mungkin, camat saja jarang ke tempat-tempat itu,'' kata Irgan menyebutkan daerah Gunung Kaler, Jambe, Kronjo, Pulau Cangkir, Mauk, dan Paku Haji.
Di pemilu tahun 2004, daerah yang berpenduduk lebih dari 3 juta jiwa itu mengumpulkan suara bagi PPP sebanyak 125 ribu. Diharapkannya, suara di sana bisa lebih dari pemilu sebelumnya.
Untuk itulah, Mantan anggota DPR tahun 1997-1999 ini mengaku, frekuensi kedatangannya ke berbagai daerah di dapilnya ditingkatkan lagi, terutama pada akhir pekan. Terlebih lagi, pihaknya perlu melakukan sosialisasi kartu suara dan lain-lain ke konstituennya.
''Kita sih realistis saja. Kita memang tak mampu meng-cover semuanya. Apalagi dengan 8 ribu TPS di 49 kecamatan, ini perlu peningkatan frekuensi kedatangan kita ke sana. Kita harap, hasilnya memuaskan,'' tandas Irgan.

Tidak ada komentar: