Sabtu, 07 Maret 2009

KH M Irfan Sholeh : Saatnya Melirik Pesantren

Sepasang mata Khatib Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, KH M Irfan Sholeh bergerak liar saat disinggung topik mengenai peran pondok pesantren dalam pembangunan bangsa. "Sebetulnya, kalau pemerintah cerdik, seharusnya model pendidikan seperti pesantren inilah yang dipakai. Tidak neka-neka, produk bangsa asli, dan tepat sasaran," katanya.
Ia mengatakan, pondok pesantren (ponpes) yang selama ini terkesan dianaktirikan pemerintah kenyataannya mampu bergerak sendiri dengan dinamis dan menerima pengaruh dari luar untuk menghasilkan insan berkualitas.

Ia membandingkan dengan produk pendidikan yang selama ini dijalankan pemerintah dengan berbagai lembaga pendidikan dengan ongkos produksi tinggi, yang dalam pandangannya hanya menghasilkan lulusan yang kebanyakan hanya pandai di tingkatan kemasan tetapi keropos di dalamnya.
"Pesantren juga sangat demokratis sejak dahulu, selalu menerima pendapat dari luar. Pesantren itu tidak jumud (stagnan)," kata Gus Irfan.
Dengan pemahaman seperti itu pula, Ponpes Bahrul Ulum di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, yang mulai dirintis sejak 1825, telah berkembang menjadi 28 nama ponpes. Pengasuhnya yang masih dalam keluarga besar Bani Hasbullah mengembangkan karakteristik pondok masing-masing.

Gus Irfan mengatakan, Ponpes Bahrul Ulum mulai dirintis Mbah Soihah (1825-1860), diteruskan Mbah Usman (1860-1922) dan Mbah Hasbullah, kemudian memasuki era penamaan Bahrul 'Ulum pada tahun 1960-an oleh KH Wahab Hasbullah. "Sejak dahulu (keturunan) memang disuruh bikin pondok sendiri-sendiri," kata Gus Irfan.

Kesepakatan
Menurut dia, pemberian kebebasan yang berbentuk menjadi 28 nama pesantren itu dimaksudkan menampung seluruh generasi guna menghindari konflik internal ketimbang jika diputuskan harus eksis dengan satu warna dan nama. Namun, memang ada semacam kesepakatan bahwa nama Bahrul Ulum tetap harus disematkan di belakang nama-nama pesantren
itu karena mereka semua tetap bernaung di bawah bendera Dewan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum.

Maka, tersebutlah sejumlah nama ponpes seperti Al Fatimiyya, Al Muhajirin, Al Atifiyyah, Al Hamidiyah, Ar Raudhoh, Al Hasbullah, Al Muhibbin, Al Maliki, As Saidiyyah yang di belakangnya diembel-embeli Bahrul 'Ulum. Setiap ponpes punya tekanan yang berbeda-beda, seperti fokus pada pengajaran ilmu kanuragan, bahasa, dan metafisika sekalipun
sebagian besar tetap berpedoman pada metode pengajaran salaf (tradisional) ala pola pengajaran yang diwariskan ulama-ulama terdahulu.

"Ada pondok yang khusus soal istigasah dan bahkan ada pula yang khusus soal-soal metafisika dengan (kiai) yang selalu berkeliling ke berbagai daerah dengan mengendarai sepeda motor," tutur Gus Irfan yang juga mengasuh Ponpes Al Hamidiyah Bahrul Ulum dengan sekitar 45 santri itu.
Sekitar 6.000 santri kini berada dalam pengasuhan 28 ponpes di bawah Dewan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Ada pula Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) yang diketuai KH Hasib Wahab.

Tidak ada komentar: