Selasa, 14 Oktober 2008

Nostalgia Perjuangan Nan Berat PPP

Kalah = lapangan sepak bola menjadi..
Ekses akibat kekalahan golkar. k.h. amin bunyamin di larang jadi khatib ied di cihuni, garut. di dawuhan, ja-teng, lapangan bola dibuat sawah. di aceh proyek air minum diprioritaskan untuk daerah golkar.
ORANG yang paling masygul pada Lebaran lalu barangkali Katamsi. Sebagai panitia salat Ied di Lapangan Cihuni, Kecamatan Wanaraja, Garut, lelaki berusia 40 tahun ini telah gagal menjalankan tugasnya. Jemaah yang mendatangi lapangan tak lebih dari hanya enam saf, empat saf pria, dua wanita.

Baru sekali ini terjadi dalam sejarah salat Ied di Cihuni, jemaah tak sampai mengisi seperempat lapangan seluas hampir satu hektar itu. Padahal, selama ini, jemaah Ied di situ - yang mayoritasnya terdiri dari warga Pesantren Darussalam, Kampung Gparl, dan warga desa sekitarnya - selalu meluap, tak tertampung. Apa yang telah terjadi ?

Rupanya, seperti yang dituturkan Katamsi, "Warga Pesantren Darussalam Cipari bersembahyang Ied di kompleks Darussalam yang di kota kecamatan Wanaraja." Kompleks Darussalam memang ada dua, di Cipari, masuk Desa Sukarasa, dan satu lagi di Wanaraja, sekitar empat kilometer dari Cipari. Kiai Haji Amin Bunyamin, Pimpinan Darussalam Cipari, yang sejak 1977 menjadi imam dan khatib di Lapangan Cihuni, pada Lebaran kemarin terkena larangan meneruskan tugas yang sudah dijalaninya selama 10 tahun itu, sehingga ia berpindah ke Darussalam Wanaraja. Pembuat larangan adalah Camat Wanaraja, Dalhadi Umar.

Semua ini gara-gara pada Pemilu lalu, Golkar kalah di Desa Sukarasa. Dari 1.460 suara Golkar hanya menyerap 11%, sementara PPP 80% -- sisanya diperoleh PDI.

Lebih dari sekadar melarang Kiai Amin Bunyamin mengimami salat Ied di Cihuni Pak Camat juga melarang 12 guru pegawai negeri yang menJadl tenaga honorer di tsanawiyah dan aliyah Pesantren Darussalam Cipari meneruskan tugas pendidikanya. "Dalam kedudukan saya selaku ketua Korpri dan pembina PGRI, saya berhak melarang mereka mengajar di situ," kata Dulhadi Umar. Larangan mengajar hanya diberlakukan untuk Darussalam Cipari. Yang di Wanaraja, di bawah kepemimpinan Kiai Cholid Tauzirie, tidak. "Pak Cholid masih mampu memelihara netralitasnya," kata Dalhadi Umar, kepada wartawan TEMPO Hasan Syukur.

Beberapa hari menjelang minggu tenang dulu, Kiai Amin dianggap bersuara minor. "Saya yakin, Golkar akan menang, tapi saya akan bcrusaha agar tidak menang mutlak," kata Kiai Amin, mengulang kata-katanya dulu itu kepada TEMPO. "Kalau menang mutlak, berbahaya, karena tidak ada lagi yang mengkritik pemerintah."

Sehari menjelang pencoblosan, Kiai Amin dipanggil Kodim Garut. "Dandim cuma tanya apa benar saya melakukan baiat. Saya jawab, itu fitnah. Malam itu juga saya lantas dibolehkan pulang," tuturnya. Ia sendiri tampak santai menangapi larangan berkhotbah dan jadi imam di Lapangan Cihuni.

Di Desa Dawuhan, Banjarnegara, Jawa Tengah, ekses kekalahan Golkar lain lagi bentuknya. Lapangan sepak bola di desa itu oleh lurahnya, Prawira, diubah menjadi sawah. Itu dilakukannya langsung 23 April lalu, seusai penghitungan suara. Ternyata, Golkar hanya mendapatkan 391, jauh di bawah PPP yang 745. Meski lapangan bola yang langsung dicangkuli dan diairi itu merupakan tanah bengkok, warga Dawuhan sempat resah.

Tidak ada komentar: